Wednesday, December 28, 2016

Apa itu Smart City?

Disaat mata masih sepet di pagi hari ini, ada yang menarik bagi saya. Sebuah artikel dari seorang pakar IT yang sudah sangat terkenal dan mantan dosen ITB yaitu Pak Ono. Dalam artikel itu dia membahas tentang smart city. Jadi ingat akan banyak orang dan kepala daerah berlomba-lomba untuk berjualan ide tentang smart city ini. Layaknya barang dagangan kita pun harus paham konsep dan cara implementasi dari smart city itu bagaimana? Jangan hanya ikut euforia dari smart city.




Konsep
Dalam pengertian yang banyak saya baca, akhirnya dapat juga saya pahami konsep smart city ini. Smart city ini menggabungkan berbagai macam hal menjadi satu integrasi yang berpandangan ke dalam ekonomi, penduduk, pemerintahan dan pengelolaan sumber daya yang efisien dan mengantisipasi kejadian yang tak terduga.
Berdasarkan prinsip dan pemahaman diatas, biasanya akan muncul pertanyaan yang mendasar :
  • City-nya yang smart?
  • Pemerintah City-nya yang smart?
  • Rakyat City-nya yang smart?
Jika melihat dari anggaran yang dimiliki dari masing-masing kepala daerah pastinya ada prioritas yang akan dipilih, tidak semua kebutuhan itu akan terpenuhi. Mari kita kupas lebih lanjut lagi terhadap pertanyaan yang ada diatas tadi

  1. City-nya yang smart
    Jika bicara tentang City-nya yang smart akan butuh banyak sensor dalam penerapannya. Misal, kita menempatkan sensor di pintu air sebagai pengatur pergerakan sungai. Ketika indikator ketinggian sungai di pintu air sudah melebihi ambang batas, maka kita bisa mengalihkan aliran air sungai itu dengan membuka pintu air mana saja yang akan dibuka, sehingga tidak membuat banjir.
    Teknologi untuk "City yang Smart" sangat jelas membutuhkan sangat banyak sensor untuk mendeteksi berbagai hal yang terjadi. Untuk bisa melakukan proses analisa dan sintesa secara cepat maka akan dibutuhkan kemampuan untuk melakukan pemrosesan "Big Data" karena akan banyak sekali data hasil sensor yang akan masuk.  Contoh paling sederhana untuk membuat jaringan sensor adalah teknologi Internet of Things, yang secara praktis dapat kita buat secara sederhana yang dikaitkan dengan berbagai sensor yang ada.
  2. Pemeritah City-nya yang smart
    Jika kita ingin "Pemerintah City yang Smart", kita ambil contoh ketika kepala daerah sedang mengadakan rapat, dia dengan mengklik sebuah tombol mampu mengetahui dimana sebagian besar rakyatnya yang kekurangan pangan, mengalami endemi demam berdarah, mata pencaharian utama rakyat, sebaran sawah. Kepala daerah dapat dengan mudah melakukan sebuah prakiraan / simulasi kebijakan, misalnya kepala daerah tersebut membuat sebuah jembatan penghubung antara dua daerah / desa, kira-kira berapa persen kenaikan tingkat penghasilan daerah tersebut? Atau dengan mempercepat perizinan usaha maka PAD (Pendapatan Asli Daerah) akan meningkat berapa persen?
    Disini peran teknologi berbasis software/aplikasi terutama jika berbasis web untuk memudahkan akses pada pemangku jabatan. Secara umum, ini merupakan bagian dari software untuk e-Government. Tujuan utama adalah membuat sistem pelayanan yang ada menjadi efisien. Untuk proses perencanaan yang baik, data-data sebaiknya disimpan di sistem informasi manajemen, dibantu juga dengan GIS (Geographic Information System), serta aplikasi-aplikasi seperti DSS (Decision Support System). Tidak perlu takut dengan berbagai software ini, karena jika kita mempunyai SDM IT yang baik bukan mengandalkan vendor, maka sebetulnya sangat banyak software ini yang sifatnya open source, bisa sebagian di peroleh dari www.sf.net secara bebas.
  3. Rakyat City-nya yang smart
    Jika kita ingin "Rakyat City-nya yang Smart", misalnya tidak ada lagi anak yang tidak bisa meneruskan sekolah? Tidak lagi di batasi oleh jumlah ruang kelas dan sekolah yang ada? Misalnya tidak ada ujian penerimaan siswa baru karena keterbatasan ruang? Semua orang walaupun dia bekerja dapat mengakses pengetahuan dengan mudah? Semua orang bisa meneruskan kuliah minimal secara online? Materi ajar tersedia dan dapat di akses dengan mudah? Semua sekolah, rumah, kelurahan, aula bisa akses infomasi dan pengetahuan di Internet? Semua buku, bahan bacaan, video pembelajaran bisa di akses dengan mudah? Teknologi untuk "Rakyat City-nya yang Smart" sebetulnya sangat banyak sekali, paling sederhana adalah membuat perpustakaan digital. Hal ini dilakukan menggunakan web server sederhana dan meng-hosting berbagai materi ajar (buku, tulisan, audio, video) ke web tersebut tanpa perlu coding sama sekali. E-learning menggunakan open source seperti moodle memungkinkan agar semua orang bisa mengikuti kuliah / pelajaran secara online. Dengan moodle dan quiz online memungkin juga untuk menghemat biaya ujian. Saat ini setiap sekolah di Indonesia minimal sekali harus mengeluarkan uang sekitar Rp. 5 juta / semester untuk membiayai fotocopy ujian. Uang yang sama bisa gunakan untuk membuat server yang dapat digunakan minimal selama 5 tahun.  Jika masih kurang kita dapat juga membuat streaming server seperti youtube sendiri, software yang dipakai bisa menggunakan nginx yang di compile menggunakan RTMP. Semuanya open source sehingga sebetulnya harganya hampir tidak ada.
Dimensi
  1. Smart Economy
    Smart economy atau ekonomi cerdas mencakup inovasi dan persaingan, jika semakin banyak inovasi-inovasi baru yang dikembangkan maka akan menambah peluang usaha baru dan meningkatkan persaingan pasar usaha/modal.
    Meningkatnya jumlah pelaku usaha mengakibatkan persaingan pasar menjadi semakin ketat. Sehingga inovasi-inovasi baru perlu diciptakan untuk mempertahankan eksistensi bisnis pelaku usaha tersebut.
  2. Smart Mobility
    Smart mobility termasuk pada transportasi dan pembangunan infrastruktur. Pembangunan infrastruktur diwujudkan melalui penguatan system perencanaan infrastruktur kota, pengembangan aliran sungai, peningkatan kualitas dan kuantitas air bersih, pengembangan system transportasi, pengembangan perumahan dan permukiman, dan peningkatan konsistensi pengendalian pembangunan infrastruktur.
    Dengan ketersediaan sarana/prasarana transportasi dan infrastruktur yang memadai akan meningkatkan kualitas hidup masyarakat dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat.
  3. Smart Environment
    Lingkungan pintar berarti lingkungan yang bisa memberikan kenyamanan, keberlanjutan sumber daya, keindahan fisik maupun non fisik, visual maupun tidak,bagi masyarakat dan public. Menurut undang-undang tentang penataan ruang, mensyaratkan 30 % lahan perkotaan harus difungsikan untuk ruang terbuka hijau baik privat maupun public. Lingkungan yang bersih tertata merupakan contoh dari penerapan lingkungan yang pintar.
  4. Smart People
    Pembangunan senantiasa membutuhkan modal, baik modal ekonomi (economic capital), modal manusia (human capital) maupun modal sosial (social capital). Kemudahan akses modal dan pelatihan-pelatihan bagi UMKM dapat meningkatkan kemampuan dan ketrampilan mereka dalam mengembangkan usahanya.
    Modal sosial termasuk seperti kepercayaan, gotong royong, toleransi, penghargaan, saling memberi dan saling menerima serta kolaborasi sosial memiliki pengaruh yang besar terhadap pertumbuhan ekonomi melalui berbagai mekanisme seperti meningkatnya rasa tanggungjawab terhadap kepentingan publik, meluasnya partisipasi dalam proses demokrasi, menguatnya keserasian masyarakat dan menurunnya tingkat kejahatan. Tata nilai ini perlu dipertahankan dalam kehidupan sosial masyarakat smart city.
  5. Smart Living
    Berbudaya, berarti bahwa manusia memiliki kualitas hidup yang terukur (budaya). Kualitas hidup tersebut bersifat dinamis, dalam artian selalu berusaha memperbaiki dirinya sendiri. Pencapaian budaya pada manusia, secara langsung maupun tidak langsung merupakan hasil dari pendidikan. Maka kualitas pendidikan yang baik adalah jaminan atas kualitas budaya, dan atau budaya yang berkualitas merupakan hasil dari pendidikan yang berkualitas.
  6. Smart Governance
    Kunci utama keberhasilan penyelengaraan pemerintahan adalah Good Governance. Yaitu paradigma, sistem dan proses penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan yang mengindahkan prinsip-prinsip supremasi hukum, kemanusiaan, keadilan, demokrasi, partisipasi, transparansi, profesionalitas, dan akuntabilitas ditambah dengan komitmen terhadap tegaknya nilai dan prinsip “desentralisasi, daya guna, hasil guna, pemerintahan yang bersih, bertanggung jawab, dan berdaya saing”.
Kesimpulan
Jadi dari semua ocehan saya diatas. Langkah awal yang diambil pertama kali adalah dengan melakukan pemerintahan yang smart, hal ini tidak dapat dipungkiri dari penentuan prioritas pemakaian anggaran di masing-masing kepala daerah. Jika sudah langkah selanjutnya menuju ke rakyat dan akhirnya jadilah Smart City yang sebenarnya. Selain itu tidak dapat dipungkiri bahwa semua komponen perlu bersinergi.

Sumber

No comments:

Post a Comment